Langsung ke konten utama

KOMODO DAN PROSES EVOLUSI

Keajaiban Komodo ini dipakai oleh ahli evolusi maupun penentangnya. Penentang evolusi mengatakan bahwa Komodo merupakan bukti bahwa binatang itu sejak dulu ya tetep saja tidak berevolusi. Dan Komodo ini salah satu contoh yg masih tetap hidup bertahan tanpa mengalami proses evolusi. Binatang-binatang lain itu diciptakan ya sudah seperti itu. Namun bagi ahli yang menggeluti evolusi penemuan-penemuan baru selalu menarik untuk dikaji dan menguji teori serta mengerti proses ini berjalan.

Tulisan dibawah ini hasil obrolan santai dengan Pak Awang H Satyana tentang keberadaan Komodo serta hubungannya dengan Geologi, terutama ilmu Tektonik dan fluktuasi muka air laut.

Menurut Pak Awang, pengetahuan tentang evolusi komodo (Varanus komodoensis) dari Asia ke Australia ke P. Komodo dan sekitarnya, berasal dari Claudio Ciofi (1999) yang menuliskannya dalam sebuah artikel utama Majalah Scientific American edisi Maret 1999 berjudul “The Komodo Dragon“. Secara ringkas, kesimpulan Ciofi dituliskan berikut ini.

Salah satu model evolusi Komodo dan perkembangan geologi Pulau Komodo (Smithsonian.com)

Evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus yang mulai berkembang di Asia antara 40-25 juta tahun yang lalu (Ma). Genus ini kemudian bermigrasi ke Australia. Pada 15 Ma, terjadi benturan antara Australia dan SE Asia yang menyebabkan famili varanids pindah ke kawasan yang sekarang dikenal sebagai Kepulauan Indonesia. Komodo di Indonesia diyakini berbeda dari leluhurnya di Australia sejak 4 Ma. Pada saat muka laut susut, komodo di sekitar Pulau Flores itu hidup sampai ke Pulau Timor. Kemudian, oleh genanglaut terakhir, komodo ini hanya hidup di pulau-pulau sebelah barat Flores (Pulau-pulau Komodo, Rinca, Padar (kini tak hidup di situ lagi), Gili Dasami, dan Gili Motang.

Sebelah kanan ini adalah satu model usulan penyebaran kadal raksasa varanid dari daratan Australia ke pulau-pulau Indonesia di Timor, Flores dan Jawa selama 3 juta tahun terakhir (Smithsonian.com, 2009).

Kesimpulan Ciofi (1999) tersebut berdasarkan penelitian para ahli genetika molekuler yang membandingkan sekuen DNA dan struktur kromosom spesies-spesies dari keluarga varanid. Sampai awal 2000, belum ada kesimpulan baru tentang evolusi dan jalur migrasi komodo ke Indonesia. Ciofi (1999) menyebutkan bahwa rekonstruksi sejarah evolusi komodo masih memerlukan temuan2 fosil yang komprehensif, accurate dating, data paleogeografi, dan analisis genom.

Data paleogeografi pulau-pulau di Indonesia berasal dari analisis tektonik yang dilakukan Robert Hall dan SE Research Group-nya (Hall, 1998-2005). Nampaknya, penemuan2 Hall dkk. itu tak sepenuhnya mendukung temuan Ciofi (1999) terutama untuk periode evolusi sebelum 5 Ma . Bagaimana genus Varanus dari Asia bermigrasi ke Australia antara 25-15 Ma, kemudian bagaimana pada 15 Ma Australia berbenturan dengan Kepulauan Indonesia tak mendapatkan sokongan berdasarkan peta-peta paleogeografi dari Hall dkk.

Hall (1998) “The plate tectonics of Cenozoic SE Asia and the distribution of land and sea” dalam Hall and Holloway (1998),eds, “Biogeography and Geological Evolution of SE Asia” menunjukkan bahwa Pulau Flores baru muncul sebagai daratan pada 5 Ma, sebelumnya ia hanya sebagai submarine volcanoes sejak 10 Ma.

Bila benar komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya berasal dari Australia, maka mereka bisa jadi bermigrasi dari Australia ke Nusa Tenggara Timur saat ada jembatan darat mengikuti benturan antara Australia dan Timor di awal Pliosen (5 Ma). Mereka mungkin terus bermigrasi ke sebelah barat sampai berhenti di Selat Lombok yang merupakan batas Indonesia Barat dan Timur oleh garis Wallace. Susut laut dan genang laut yang silih berganti selama Pliosen-Plistosen-Holosen membuat mereka akhirnya terisolasi di pulau-pulau sebelah barat Pulau Flores.
Publikasi lain menyebutkan bahwa komodo2 ini berevolusi dari bentuk raksasanya yang bisa mencapai panjang 7-8 meter (saat ini komodo berukuran 2-3 meter) bernama Megalania prisca. Fosil komodo raksasa ini ditemukan bersamaan dengan fosil gajah kerdil Stegodon dan diperkirakan gajah-gajah kerdil tersebut adalah mangsa sang raksasa.

Komodo raksasa hidup saat jembatan darat terbentuk. Jembatan darat memperluas area pulau. Ketika jembatan darat tenggelam oleh genang laut, luas pulau mengecil. Keberadaan mangsa besar berkurang, komodo raksasa pun akhirnya punah, dan yang tetap hidup adalah variasi jenisnya yang kecil, menyesuaikan dengan luas pulau yang mengecil. Megalania prisca punah pada 25.000 tahun yang lalu, sejak itu komodo yang kita kenal sekarang mendominasi pulau2 di sebelah barat Flores dan memangsa hewan-hewan yang lebih kecil dari stegodon, termasuk tikus2 besar yang juga menjadi mangsa Homo floresiensis pada 40.000-25.000 tahun yang lalu.

A) modern tengkorak V. komodoensis. (B sampai H) Fosil tulang tengkorak.
Ditemukan fosil Komodo berusia 4 juta tahun.

Penemuan baru yang menarik terjadi tahun 2009 lalu, yaitu diketemukannya fosil komodo ini di Australia. Dipublikasikan oleh Smithsonian.com. Terlepas dari kenyataan bahwa Komodo sangat menarik dan dikenal luas, ada banyak yang hilang dalam pemahaman kita tentang sejarah alam mereka. Sekarang sebuah penelitian bukti fosil dari Australia, Timor, Flores, Jawa dan India menunjukkan bahwa Komodo kemungkinan besar berkembang di Australia dan tersebar ke arah barat ke Indonesia. Beberapa fosil yang telah dipelajari adalah baru dijelaskan, termasuk spesies dari Timor, dan beberapa bahan yang dikenal untuk waktu yang lama.

Disebelah kiri ini perbandingan tengkorak komodo dengan fosil-fosil komodo yang baru diketemukan. Ini menunjukkan bahwa komodo tidak mengalami proses evolusi selama jutaan tahun.

SUMBER :
http://rovicky.wordpress.com/2011/10/20/komodo-dan-geologi-ayo-vote-komodo/#more-7042

Komentar

Anonim mengatakan…
bagus pak artikelnya.. lanjutkan terus!
VeriskyMJ mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
VeriskyMJ mengatakan…
Hanya 4 juta tahun???
Lalu sebelum 4 juta tahun yang lalu apakah bentunya sama seperti sekarang?
Kalau memang komodo tidak berevolusi, harusnya dari 4 miliar tahun lalu, sejak bumi terbentuk, bentuk komodo tetap...

HArus ada tes DNA untuk memastikan spesies tulang itu sama dengan spesies komodo jaman sekarang,
bukan hanya dilihat dari bentuknya.
Tikus got sama tikus putih juga akan terlihat sama jika dilihat dari bentuk tulangnya...

Verisky-XA

Postingan populer dari blog ini

Kisi-kisi UTS Geografi

Pengertian geografi dari beberapa ahli Pendekatan geografi Prinsip geografi Aspek geografi Konsep geografi Ilmu yang terkait geografi Teori jagad raya : -Bigbang -Semesta mengembang -Keadaan tetap Teori tata surya : -Planetesimal -Pasang surut -Protoplanet -Nebula -Bintang Kembar Klasifikasi planet Jarak astronomi Hukum planet Bentuk galaksi Spektrum bintang Bagian matahari Rasi bintang istimewa Amplitudo bintang dan luminositas

Geo Cycle : Majalengka pernah dihantam..

Gb. 3. Peta geologi Lembar Arjawinangun (sekala 1: 100.000) yang menafsirkan geo-circles secara geologi, a.l. struktur anjakan (thrust faulting) Gb. 2. Geocircles ditafsirkan sebagai kawah meteor yang bertumpang-tindih dengan ’overlap’ Gb. 4 Detail setengah lingkaran dari geo-circle di bagian barat cekungan Cilutung (sebelah barat Cisaar) Gb. 1 Geo-circles tanpa penafsiran sebagai kawah meteor Majalengka Dihantam Meteor Raksasa 4 Juta Tahun Lalu ! Fenomena Geo-Circle ini mirip fenomena crop circle yang datangnya tiba-tiba dan kadang tidak diketahui darimana asalnya. Geo-circles: Sekitar 4 Juta Tahun lalu Daerah Majalengka Pernah Dihantam Rentetan Meteor Raksasa. Ditulis oleh R.P.Koesoemadinata Gurubesar Emeritus Geologi Institute Teknologi Bandung. Suatu penelitian sekilas pada Google Earth map memperlihatkan bahwa adanya Geo Circles (saya meniru istilah crop circles yang diberitakan di sekitar Jogya) bersekala besar di daerah barat daya Majalengka (gb.1). Bentuk morfologi ini pe

Cosmic Microwave Background

Benarkah keberadaan teory big bang yang pernah terjadi sehingga mencipta alam semesta semegah dan sedahsyat ini?? Salah satu bukti yang paling dekat dengan kita adalah yang m ungkin kita tidak sadar, seperti halnya astronomi, ada dua contoh objek kosmologi yang paling dekat dengan kehidupan kita. Pertama adalah kegelapan di malam hari, kedua adalah siaran " semut " yang muncul saat pergantian satu canel ke canel lain di pesawat televisi kita. Sekitar 1% dari " semut " yang kita lihat tersebut (Gambar 1) berasal dari Cosmic Microwave Background (CMB / Latar Kosmik Gelombang Radio) - mungkin merupakan objek yang paling berharga saat ini dalam ilmu kosmologi. Fenomena malam hari yang gelap terlihat sederhana, namun penjelasannya tidaklah begitu sederhana dalam kosmologi. Kosmologi menganut prinsip bahwa Alam Semesta dalam skala besar bersifat isotropik dan homogen; karena ada lebih dari 400 miliar (1 miliar = 10 9 ) bintang di dalam galaksi kita - dengan kata Bumi ki